topbella

Kamis, 28 April 2011

Atmosfer Karbon Monoksida di Pluto


Planet kerdil Pluto ditemukan pada tahun 1930 dan pada saat itu diperhitungkan sebagai planet terkecil dan terjauh yang mengitari Matahari. Tahun 2006, dalam General Assembly IAU tahun 2006, para astronom melakukan klasifikasi ulang dalam hal definisi planet dan menetapkan pluto sebagai planet kerdil. Planet kerdil ini juga punya keistimewaan karena di antara planet-planet kerdil lainnya ia adalah satu-satunya yang memiliki atmosfer. Atmosfer di Pluto ditemukan pada tahun 1988 saat ia meredupkan cahaya bintang jauh sebelum Pluto melintas di depannya atau melakukan transit terhadap si bintang jauh tersebut.

Hasil terbaru dari pengamatan Teleskop James Clerk Maxwell 15 meter di Hawaii tampak sinyal gas karbon monoksida yang kuat. Sebelumnya, atmosfer di Pluto diketahui sangat tebal dan diperkirakan ketebalannya mencapai lbih dari 100 km. Data terbaru justru menunjukkan atmosfer di Pluto jauh lebih tebal lagi mencapai lebih dari 3000 km, satu per empat jarak antara Pluto dan satelit terbesarnya Charon. Gas di atmosfer tersebut luar biasa dingin sekitar -220ยบ Celsius dan yang menjadi kejutan bagi para astronom adalah, sinyal yang mereka tangkap kekuatannya lebih dari 2 kali batas atas yag di dapat kelompok peneliti lainnya yang meggunakan Teleskop IRAM 30 meter di Spanyol pada tahun 2000.

Perubahan kecerlangan selama lebih dari satu dekade terakhir mengagetkan para peneliti. Data yang diterima menunjukkan kalau ukuran atmosfer di Pluto bertumbuh atau kelimpahan karbon monoksidanya mengalami peningkatan dengan cepat. Perubahan yang serupa pernah terlihat sebelumnya tapi hanya terjadi pada atmosfer lapisan paling rendah dimana metana juga tampak bervariasi dalam hal ukuran ketebalan. Metana merupakan gas lainnya di Pluto yang sudah diidentifikasikan positif ada.

Karbon Monoksida dan Pluto
Tahun 1989, Pluto berada pada jarak terdekat dengan Matahari. Kejadian yang cukup “langka” aka tidak biasa mengingat Pluto membutuhkan waktu 248 tahun untuk menyelesaikan satu putaran orbitnya. Gas karbon monoksida tersebut diperkirakan merupakan hasil dari pemanasan Matahari terhadap permukaan es yang kemudian menguap selama periode tersebut. Atmosfer yang terbentuk itu pun termasuk yang paling rapuh di Tata Surya, mengingat lapisan paling atasnya menggelembung (bertamabah dalam ukuran) sampai ruang angkasa.

Menuru Dr. Christiane Helling dari University of St Andrews, ketinggian karbon monoksida yang mereka lihat sesuai dengan model angin Matahari menggunduli atmosfer Pluto.

Berbeda dengan gas karbon dioksida, karbon monoksida justru bertindak sebagai pendingin sementara metana justru menyerap cahaya Matahari dan menghasilkan panas. Keseimbangan antara kedua gas merupakan jejak elemen dari atmosfer yang didominasi nitrogen, dan sangat penting dalam menentukan nasib Pluto untuk musim-musim panjang selama beberapa dekade. Atmosfer karbon monoksida yang baru ditemukan menjadi kunci penting untuk memperlambat laju kehilangan atmosfer di Pluto. Tapi, jika efek pendinginan terlalu besar, hasilnya akan terjadi hujan salju nitrogen dan seluruh gas akan membeku dan jatuh ke permukaan.

Menurut Greaves, kondisi atmosfer dingin di Pluto yang mendapatkan pengaruh terbesar dari panas yang dihasilkan Matahari bisa memberi petunjuk penting mengenai bagaimana dasar-dasar fisika bekerja dan menjadi studi kasus untuk memahami atmosfer Bumi.

Sumber : RAS NAM
dirujuk dari: http://langitselatan.com/2011/04/21/atmosfer-karbon-monoksida-di-pluto/?utm_source=feedburner&utm_medium=email&utm_campaign=Feed%3A+langitselatan+%28langitselatan.com%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Mengenai Saya

Foto Saya
malang, jawa timur
Lihat profil lengkapku