topbella

Minggu, 30 Januari 2011

metode konservasi tanah dan air

Metode Konservasi Tanah Dan Air

A. Definisi Konservasi Tanah Dan Air

Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri dari kata Con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian menganai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902), orang Amerika pertama yang mengemukakan konsep konservasi (www.pendakierror.com/Konservasi.html).
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan menurut Deptan (2006), konservasi air adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga dilakukan tindakan konservasi air.

B. Metode Atau Teknik Dalam Konservasi Tanah Dan Air
Di dalam konservasi tanah dan air, ada beberapa teknik dalam kegiatannya:
1) Teknik Mulsa Vertikal
Teknik mulsa vertikal ini adalah salah satu teknik dalam konservasi tanah dan air. Teknik ini adalah pemanfaatan limbah hutan yang berasal dari bagian tumbuhan atau pohon seperti serasah, gulma, cabang, ranting, batang maupun daun-daun bekas tebangan dengan cara memasukkannya ke dalam saluran atau alur yang dibuat menurut kontur pada bidang tanah yang diusahakan (Pratiwi, 2005). Penerapan mulsa vertikal pada dasarnya selalu dikombinasikan dengan pembuatan guludan.
Peranan dari teknik mulsa vertikal ini, antara lain (yang terdiri dari 3 komponen, yaitu pemanfaatan limbah hutan (serasah), pembuatan saluran, dan guludan):
1. a Limbah hutan (serasah) berfungsi sebagai:
1. Menghasilkan unsur-unsur hara penting bagi tanaman, yaitu limbah hutan yang dimasukkan dalam saluran, akan terdekomposisi. Lalu aktivitas mikroba meningkat dalam proses penghancuran atau dekomposisi bahan organik.
2. Biomas segar yang telah dikomposisi tersebut merupakan media yang dapat menyerap dan memegang massa air dalam jumlah besar sehingga penyimpanan air dalam tanah dapat berjalan efisien.
3. Bahan organik yang telah terkomposisi di dalam saluran dapat diangkat dan digunakan sebagai kompos. Kompos ini akhirnya dapat memperbaiki kesuburan tanah.
4. Dapat meningkatkan keragaman biota tanah, karena mulsa merupakan niche ekologi bagi berbagai jenis biota tanah. Biota ini akan memanfaatkan energi dan unsur hara di dalam mulsa dan akan menghasilkan senyawa organik yang dapat memantapkan agregat tanah.
5. Limbah hutan yang dimasukkan dalam saluran dapat berfungsi sebagai penghambat penyumbatan pori makro dinding saluran oleh sedimen sehingga air akan mudah meresap ke dalam saluran.
b. Saluran berfungsi sebagai:
1. Adanya saluran maka infiltrasi akan meningkat sehingga aliran permukaan yang menyebabkan erosi akan menurun tajam, karena air akan masuk ke dalam saluran.
2. Saluran merupakan tempat menyimpan partikel tanah yang terbawa oleh aliran dari bidang di atas saluran sehingga dapat terendapkan di bagian saluran mulsa vertikal tersebut.
c. Dan guludan berfungsi sebagai penahan aliran permukaan dan pertikel-partikel tanah sebelum tererosi ke bagian hilir. Dengan demikian partikel-partikel tanah akan terhenti di bagian guludan tersebut (www.dephut.go.id/files/Pratiwi)
2) Teknik Kebekolo
Masalah berkurangnya kesuburan tanah untuk pertanian telah menyita perhatian dunia dan konservasi tanah menjadi solusinya. Mengembangkan teknik konservasi tanah dengan memperhatikan kearifan lokal dapat dijadikan salah satu pilihan. Salah satu contoh adalah Kebekolo dari NTT. Apa itu Kebekolo?
Kebekolo adalah barisan-barisan tumpukan kayu atau ranting yang disusun atau direntang memotong lereng perbukitan pada lahan kering. Tumpukan-tumpukan itu dimaksudkan untuk menahan erosi, yaitu tergerusnya tanah oleh aliran air permukaan ketika hujan turun. Jarak antara tumpukan satu dengan tumpukan lain dibuat semakin rapat tatkala tingkat kemiringannya lahan kering tersebut semakin tinggi.
Teknik ini sangat efektif menahan erosi tanah permukaan. Tetapi kelemahan teknik kebekolo ini adalah ketergantungan pada umur tumpukan kayu dan ranting tersebut. Bila kayu atau ranting yang digunakan sudah menjadi lapuk atau membusuk lalu rapuh dan hancur, tentunya teknik ini menjadi tidak efektif untuk menahan erosi.
Resikonya secara periodik harus mengganti tumpukan kayu atau ranting yang telah membusuk tersebut.(www.litbang.deptan.go.id/berita/one/666/).
3) Teknik Teknologi Koservasi Tanah Dan Air
Untuk menahan air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan, perkolasi, dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air. Dan konservasi tanah diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan. Berikut diuraikan berbagai macam teknologi konservasi tanah dan air:
1. Sistem pertanaman lorong
Adalah suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sistem in sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong.
2. Strip rumput
Adalah suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip, semakin efektif mengendalikan erosi.
3. Tanaman penutup tanah
Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Bermanfaat untuk menutupi tanah dari terpaan langsung curah hujan, mengurangi erosi, menyediakan bahan organik tanah, dan menjaga kesuburan tanah.
4. Teras Gulud
Sistem pengendalian erosi secara mekanis yang berupa barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan saluran air di bagian lereng atasnya. Ini mengurangi laju limpasan permukaan dan menyebabkan resapan air
5. Teras bangku
Adalah teras yang dibuat dengan cara memotong lurus dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga teras bangku. Ini berfungsi sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi.
6. Rorak
Adalah lubang atau penampung yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan. Rorak ini berguna untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah, memperlambat limpasan air pada saluran peresapan, dan sebagai pengumpul tanah yang tererosi, sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah.
7. Embung
Merupakan bangunan penampung air yang berfungsi sebagai pemanen limpasan air permukaan dan air hujan. Fungsinya sebagai penyedia air di musim kemarau.
8. Daun Parit
Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Daun parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi. (www.primatani.litbang.deptan.go.id/indek.php?)
4) Teknik Biopori
Teknik ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata, salah satu peneliti senior di IPT. Teknik biopori ini sering disebut dengan Lubang Resapan Biopori (LRB), yaitu metode resapan air yang ditujukan untuk membantu mengatasi banjir dan genangan air serta sampah organik di pemukiman warga. Peningkatan daya resap air pada tanah dikeluarkan dengan membuat lubang silindris yang dibuat secara pertikel ke dalam tanah dengan melebihi kedalaman muka air tanah. Pada lubang itu dimasukkan sampah organik berupa daun-daun, pangkasan rumput atau limbah dapur sisa-sisa makanan untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbun di dalam tanah akan menghidupi fauna tanah yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
5) Teknik Groundwater Conservation Area
Merupakan teknik yang mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu yang khusus diperuntukkan sebagai daerah pemanenan air hujan (peresapan air hujan) yang dijaga diversifikasi dan konstruksi apapun tidak boleh dibangun di atas area tersebut.
Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan (A. Maryono dan E.N. Santoso, 2006).
C. Manfaat Konservasi Tanah Dan Air
Pada dasarnya konservasi merupakan pemberdayaan atau pemeliharaan terhadap alam dan makhluk hidup. Manfaat – manfaat konservasi diwujudkan dengan:
1. Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya, berarti konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan konservasi tidak rusak.
2. Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan, yang berarti jika gangguan-gangguan penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama sekali.
3. Terhindarnya dari bencana akibat perubahan alam, berarti gangguan-gangguan terhadap flora dan fauna serta ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan mutu sumber daya alam tersebut.
4. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro, bararti dalam ekosistem terdapat hubungan yang erat antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
5. Mampu memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana pengamatan dan pelestarian flora yang sudah punah maupun belum punah dari sifat, potensi maupun penggunaannya.
C. Kesimpulan
Konservasi tanah dan air sebagai bentuk konservasi abiotik adalah upaya perlindungan atau pemeliharaan sumber daya alam, terutama sumber daya alam non hayati, seperti tanah dan air. Di dalamnya terdapat beberapa metode atau teknik dalam mengkonservasinya, yaitu teknik mulsa vertikal, teknik kebekolo, teknik teknologi, teknik biopori, dan teknik groundwater conservations area dan dari berbagai macam teknik tersebut, menghasilkan berbagai manfaat terhadap ekosistem di bumi.

Daftar Pusataka
Arsyad,S.1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Maryono,A dan E.N.Santoso. 2006. Metode Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan. Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
www.litbang.deptan.go.id/berita/one/666/
www.primatani.litbang.deptan.go.id/index.php?/
www.petualang.com/2008/09/konservasi-sumber-daya-alam-di-indonesia
www.pendakierror.com./Konservasi.html.
www.dephut.go.id /files/pratiwi

Sabtu, 22 Januari 2011

SATELIT PENGINDERAAN JAUH “NATIONAL OCEANIC AND ATMOSPHERIC ADMINISTRATION” (NOAA)

A. PROFIL SATELIT NOAA
Stasiun bumi NOAA adalah satelit cuaca yang berorbit polar,Satelit NOAA beroperasi di LAPAN, Jakarta mendeteksi seluruh permukaan bumi. Akibatnya sudut putar dan arah orbitnya tidak sama dengan kecepatan dan arah putar bumi. Satelit NOAA (National Oceanic Atmosferic Administration) beroperasi pada ketinggian 850 km di atas permukaan bumi.
Satelit NOAA merupakan satelit meterologi generasi ketiga milik ”National Oceanic and Atmospheric Administration” (NOAA) Amerika Serikat. Munculnya satelit ini untuk menggantikan generasi satelit sebelumnya, seperti seri TIROS (Television and Infra Red Observation Sattelite, tahun 1960-1965) dan seri IOS (Infra Red Observation Sattelite, tahun 1970-1976). Konfigurasi satelit NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 km, inklinasi sekitar 98,7 ° – 98,9 °, mempunyai kemampuan mengindera suatu daerah 2 x dalam 24 jam (sehari semalam).

NOAA merupakan satelit yang dapat diandalkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan fisik lautan/samudera dan atmosfer. Seri NOAA ini dilengkapi dengan 6 (enam) sensor utama, yaitu :
1. AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer),
2. TOVS (Tiros Operational Vertical Sonde),
3. HIRS (High Resolution Infrared Sounder (bagian dari TOVS),
4. DCS (Data Collection System),
5. SEM (Space Environment Monitor),
6. SARSAT (Search And Rescue Sattelite System).
Di antara 6 (enam) sensor utama di atas, maka sensor yang relevan untuk pemantauan bumi adalah sensor AVHRR dengan kemampuan memantau lima saluran yang dimulai dari saluran tampak (visible band) sampai dengan saluran inframerah jauh (far infrared band). Periode untuk sekali orbit bagi satelit NOAA adalah 102 menit, sehingga setiap hari mengasilkan kurang lebih 14,1 orbit. Bilangan orbit yang tidak genap ini menyebabkan sub-orbital track tidak berulang pada baris harian walaupun pada saat perekaman data waktu lokalnya tidak berubah dalam satu lintang.
Secara umum sensor AVHRR mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Kepekaan Saluran merah infra termal 0,12 K pada 300 K
• Jumlah pixel sebanyak 1024
• IFOV (Instantaneous Field of View) adalah 1,3 ± 0,1 m rad
• Resolusi terkecil adalah sebesar 1,1 x 1,1 km
• Lebar liputan/sapuan adalah 2.590 km
• FOV (Field of View) adalah 55,4 °
• Kecepatan garis (line rate) adalah 360 garis per menit
• Kecepatan data (line data) adalah 665,4 x 103 bps

Sensor AVHRR terdiri dari 5 Saluran (band) dengan panjang gelombang tertentu. Berdasarkan jenis pengamatan dan panjang gelombang yang digunakan oleh satelit NOAA dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini :

Tabel 1. Nama Saluran, Panjang Gelombang, Spektrum dan Jenis Penginderaan
Sensor Jauh AVHRR Satelit NOAA
Saluran Panjang Gelombang (µm) Daerah
Spektrum Pengamatan
1 0,56 – 0,68 Tampak • Albedo siang hari, (pemetaan awan)
• Pemantauan salju lapisan es dan cuaca
2 0,73 – 1.10
Tampak sampai inframerah dekat
• Pemantauan perkembangan tumbuhan
3 3,55 – 3,93 Inframerah tengah • Pemetaan awan malam hari
• Pengukuran temperatur permukaan
• Membedakan daratan dan lautan
• Pemantauan aktifitas vulkanik
• Pemantauan penyebaran debu vulkanik
4 10,5 – 11,5 Inframerah jauh • Pemetaan awan siang dan malam
• Pengukuran temperatur permukaan laut
• Penelitian air tanah untuk pertanian
5 11,5 – 12,5 Inframerah jauh • Pemetaan siang dan malam
• Pengukuran temperatur permukaan laut
• Penelitian air tanah dan pertanian

NOAA juga memiliki piranti lunak yang dikenal sebagai NOM (NOAA Operation Manager) yang dikembangkan oleh Environmental Sciences Department (ESD) di NRI (Natural Resources Institute) yang berpusat di Inggris. Piranti lunak ini dirancang untuk dapat mengatasi dan menyesuaikan masalah-masalah dalam sistem kalender dan waktu pada komputer yang disebabkan oleh millenium bug. NOM merupakan sistem yang berbeda dengan sistem-sistem yang sebelumnya, dimana sistem operasinya berbasis Windows.
Rancangan NOM dapat dipergunakan untuk :
• Menyediakan penggabungan data, memudahkan pemakai atau operator, juga merupakan alat operasional yang dapat menyaring data yang diterima oleh NOAA.
• NOM menyediakan fasilitas eksport data yang umum dan sederhana sehingga dapat disesuaikan dengan piranti lunak yang digunakan untuk Sistem Informasi geografis (SIG) dan pemrosesan citra.
Dalam pengoperasiannya, NOM bukan sistem yang digunakan sebagai alat penerima data satelit NOAA, ataupun alat yang digunakan untuk aplikasi SIG, tetapi hanya merupakan piranti lunak guna memproses data dari citra satelit NOAA, dengan harapan dapat memberikan hasil atau out-put yang semakin baik.




B. KEGUNAAN SATELIT NOAA
Satelit NOAA merupakan satelit cuaca yang berfungsi mengamati lingkungan dan cuaca. Satelit ini dimiliki Departemen Perdagangan Amerika Serikat, diluncurkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan dioperasikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Sekarang di atmosfer Indonesia melintas setiap hari lima seri NOAA, yaitu NOAA-12, NOAA-14, NOAA-15, NOAA-16 dan NOAA-17. Konfigurasi satelit NOAA disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2. Konfigurasi Satelit NOAA (JARS, 1993)

Data AVHRR dari NOAA dapat diaplikasikan untuk menganalisis parameter-parameter di bidang meteorologi, oseanografi, maupun hidrologi. Kombinasi penggunaan beberapa saluran dari data AVHRR/NOAA dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, seperti pemantauan vegetasi, kebakaran hutan, ekstraksi data albedo, ekstraksi data suhu permukaan laut dan suhu daratan, pertanian, liputan awan maupun pendeteksian salju/es di permukaan bumi. Selain itu satelit NOAA juga digunakan untuk memonitor kondisi tanaman di Amerika Serikat, pengaruh banjir besar terhadap tanaman pertanian di Midwest pada tahun 1993 dan awal musim dingin 1995, kekeringan parah di daerah gandum pada tahun 1996, dan keterlambatan tanam pada tahun 1996 di sentra produksi gandum telah dimonitor menggunakan data tersebut.
Saat ini NOAA memiliki satelit seri terbaru yaitu NOAA-N dengan kode seri ATN (Advanced Tiros-N) yang dibuat oleh Lockheed Martin Space Systems Company (LMSSC). Satelit NOAA-N memiliki fungsi sebagai berikut :
• Alat untuk memonitor citra dan menganalisa atmosfir bumi, dataran, awan, beserta radiasi bumi, ozon atmosfir, penyebaran aerosol, suhu permukaan laut, dan suhu bertikal beserta profil air troposfir dan stratosfir.
• Menganalisis proton dan electron fluks di ketinggian orbit.
• Koleksi data dari subjek tujuan.
• Search and Rescue Satellite-Aided Tracking (SARSAT) system.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SATELIT NOAA
Kelebihan:
1. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dapat digunakan untuk memantau keadaan bumi untuk keperluan hidrologi, oceanografi dan meteorologi termasuk memantau kebakaran hutan.
2. Mempunyai resolusi spatial 1100 x 1100 m dengan liputan sangat luas dan NOAA merupakan seri satelit meteorologi polar yang memiliki sejarah operasional sangat panjang.
3. Satelit pendeteksi panas bumi NOAA memiliki sifat menangkap panas bumi sehingga meski panas itu bukan karena adanya kebakaran juga dapat terpantau. Saat siang hari, NOAA akan mendeteksi panas pada ambang temperatur 42o C, sedang malam hari satelit itu mampu mendeteksi panas pada ambang temperatur 37o C.
4. Pengolahan citra satelit NOAA-AVHRR sebagai salah satu citra satelit penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang rendah dan mempunyai kelebihan yakni resolusi temporal yang daily. Stasiun bumi NOAA menerima data AVHRR dari satelit dalam bentuk data mentah yang dikenal dengan data HRPT (High Resolution Picture Transmission) secara rutin 2 – 4 kali/hari. Oleh karena itu, siklus harian NOAA cukup baik untuk mengamati perubahan yang terjadi di laut dengan resolusi spasial yang terbatas mencapai 1,1 km. Cakupan citranya cukup luas dengan lebar pandang mencapai 2399 km pada setiap citra global yang dihasilkan.
Kekurangan:
1. Kondisi penggunaan satelit NOAA-AVHRR yang sangat bergantung pada cuaca. Dengan adanya kelemahan satelit ini, maka perlu untuk menggabungkan satelit ini dengan data dari satelit lain dalam pengaplikasiannya, sehingga estimasi tempat yang diberikan lebih mendekati daerah fishing ground yang sebenarnya.
2. Secara umum hotspot hasil interpretasi satelit NOAA memiliki 3 sumber ketidakakuratan, yaitu (1) Posisi (sudut) satelit NOAA saat melintas dengan stasiun penerima (2) Efek yang ditimbulkan dari objek permukaan bumi terhadap sensor satelit NOAA seperti permukaan air, lahan gundul yang berpasir, permukaan bumi yang mengandung metal cukup tinggi (3) koreksi geometric dari citra NOAA itu sendiri.

D. HASIL PRODUK SATELIT NOAA
Berikut ini akan dijelaskan salah satu aplikasi penggunaan satelit NOAA sebagai sebuah produk. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, memiliki perairan laut dengan luas 5,9 juta km2 dan sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satu jenis hayati laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena merupakan komoditas eksport dan banyak tersebar di perairan Indonesia.
Di masa yang akan datang, prospek pembangunan perikanan Indonesia menjadi salah satu kegiatan ekonomi strategis dan dinilai cerah. Hal ini juga dimungkinkan karena adanya perubahan prilaku masyarakat dunia yang mengalami pergeseran pola konsumsi ke produk-produk perikanan dan hasil laut. Di samping itu keterbatasan kemampuan pasok perikanan dunia akan menjadikan ikan sebagai salah satu komoditi strategis dunia.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan laut Indonesia adalah sulitnya menentukan daerah potensial sebagai lokasi penangkapan ikan (fishing ground). Pada umumnya nelayan di Indonesia masih menggunakan cara-cara konvensional, yaitu hanya dengan memanfaatkan panca indera yang dimiliki oleh nelayan. Keterbatasan panca indra nelayan dalam menduga fishing ground tidak hanya menyebabkan inefisiensi penggunaan bahan bakar sebanyak 60%-70%, tetapi juga menyebabkan terkonsentrasinya kapal-kapal penangkap ikan di lokasi tertentu. Sebagai akibatnya pada daerah tertentu terjadi pengeksploitasian secara berlebihan (over fishing). Jika hal ini dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu tertentu kelestarian sumberdaya perikanan akan terganggu, sebaliknya pada daerah yang memiliki potensi ikan yang cukup besar justru tidak dimanfaatkan secara optimal.
Untuk itu perlu disiasati suatu cara agar kegiatan penangkapan ikan menjadi efektif, yakni dengan memanfaatkan data satelit (NOAA) aplikasi penginderaan jarak jauh yang saat ini datanya sudah dapat diperoleh di Indonesia.Satelit cuaca NOAA-USA yang membawa sensor AVHRR juga dapat dimanfaatkan untuk membantu eksplorasi sumberdaya laut. Citra satelit yang dihasilkan dapat dianalisis dan dinterpretasikan untuk menentukan nilai dan distribusi suhu permukaan laut pada perairan yang cukup luas secara sinoptik (meliputi seluruh wilayah Indonesia hanya dalam dua lintasan berurutan). Suhu permukaan laut ini merupakan salah satu indikator dalam menentukan daerah fishing ground. Tingginya frekwensi pengamatan (empat lintasan sehari) dan biaya operasional yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan cara lainnya merupakan keunggulan dari pemanfaatan tekhnik penginderaan jarak jauh.
Observasi melalui satelit ini juga akan sangat berguna untuk pengamatan fenomena oseanografi, khusunya upwelling dan temprature front yang merupakan indikator dari daerah potensi ikan yang tinggi. Diharapkan dengan tersedianya informasi seperti ini akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisien penangkapan ikan di laut.
NOAA juga merupakan satelit yang mendukung alat sensor microwave yang menghasilkan data temperatur, kelembaban, dataran dan air. Pada daerah berawan alat sensor pada spektrum Tampak dan Inframerah memiliki hasil yang kurang baik.
Pengembangan Stasiun Bumi Penerima Data NOAA/METOP

Sistem Pengolahan Data NOAA/METOP
 Hardware
Komputer PC atau server dengan RAM dan hard disk cukup besar, LANcard, dan sistem operasi unix (linux).
 Software
Menggunakan modul internasional baku AAPP dari EUMETSAT.
• Pengolahan untuk produksi data NOAA L1a, 1b, 1c, dan 1d dari input data L0.
• Pengolahan untuk produksi data MetOp L1a, 1b, 1c, dan 1d dari input data L0.
• Pengarsipan produk data olahan L1b, L1c dan L1d.
 Produk Keluaran
• Tampilan QL data AVHRR (komposit maupun BW), disesuaikan dengan waktu akuisisi.
• Produk level 0 HRPT NOAA yang mengacu kepada standar HRPT NOAA level 0 yang kompatibel dengan modul AAPP, dan produk L0 data MetOp.
• Produk olahan data NOAA dan data MetOp (L1b, L1c, L1d).



Contoh hasil citra satelit NOAA:

Jumat, 21 Januari 2011

laporan praktikum geografi tanah

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
A. KEADAAN GEOGRAFIS SAMPEL
a. Lokasi Pengambilan Tanah
Lokasi pengambilan tanah berada di Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan.
b. Elevasi Tempat
Desa Karangjati yang termasuk desa yang berada di kecamatan Pandaan yaitu berada pada elevasi tempat 2-15 meter (BPS kabupaten Pasuruan, 2008).
c. Vegetasi Penutup
Jenis vegetasi yang banyak tumbuh di daerah sampel yaitu berupa pohon-pohon tingkat tinggi, seperti pohon mangga, pohon rambutan, dan beberapa tanaman kering yang banyak ditanam di depan jalan dan depan rumah penduduk.
d. Bentuk Lahan
Jika dilihat berdasarkan kondisi morfologinya, bentuk lahan dari desa Karangjati Kecamatan Pandaan termasuk bentuk lahan denudasional karena di beberapa tempat terdapat bekas erosi yang berasal dari daerah yang lebih tinggi topografinya,yaitu Kecamatan Prigen.
e. Topografi
Berada pada lereng yang relatif datar dan agak bergelombang, yang mana daerah tersebut berada di bagian tengah dari Kabupaten Pasuruan. Ketinggian lerengnya yaitu antara 6-91 meter.
f. Tipe Iklim Menurut Koppen
Termasuk jenis iklim Aw/tropis kering dengan curah hujan sebesar 11,09 mm/hari (BPS Kab. Pasuruan, 2008).
g. Batuan Induk (Geologi)
Berdasarkan informasi dari data BPS Kabupaten Pasuruan (2008) mengenai kondisi geologi Kecamatan Pandaan yaitu 500 Ha tanah vulcanik kuarter muda; 3.677 Ha tanah vulkanik kuarter tua; 150 Ha tanah sedimen plistosen.
h. Penggunaan Lahan
Lahan daerah Karangjati Kec. Pandaan kabupaten Pasuruan sebagian besar digunakan untuk perindustrian, pemukiman dan sedikit untuk usaha pertanian.


B. PRAKTIKUM TANAH
I. Berat jenis Tanah, Berat Volume dan Porositas
1. Dasar Teori
Berat Jenis Tanah adalah berat tanah dalam satuan volume padatan tanah(gram/cm3). Berat tanah diambil dari berat kering mutlak (kering oven) tanah, sehingga volume padatan tanah didapat menurut hukum Archimedes, yaitu merupakan pertambahan volume air sesudah tanah dimasukkan kedalam air. Dalam hal ini tekstur dan struktur tidak mempengaruhi berat jenis.
Berat Volume adalah berat kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh. Berat kering merupakan berat padatan tanah dalam kondisi kering mutlak, tetapi volume tanah yang digunakan merupakan volume tanah termasuk ruang porinya. Berat Volume tanah ditentukan oleh jumlah ruang pori (porositas) dan padatan tanah, semakin besar porositas maka semakin kecil berat volumenya.
Porositas tanah merupakan indeks volume pori relatif, yaitu perbandingan antara volume pori (mikro&makro) dengan volume total. Nilai porositas berkisar 30-60%.
Tanah bertekstur halus akan mempunyai porositas lebih tinggi daripada tanah bertekstur kasar. Menurut Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan berikut ini:
(1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 gram cm-3, dan
(2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.
Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram cm-3 sampai dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 gram cm-3 sampai dengan 1,8 gram cm-3.
2. Tujuan
- Mengetahui berat jenis, berat volume dan porositas tanah
- Menganalisa perbedaan-perbedaan dari hasil lapangan dengan teori yang ada
3. Alat dan Bahan

- Labu ukur
- timbangan
- cawan petri + penghalus
- pipet
- pengaduk
- sampel tanah
- air panas
- oven tanah

4. Langkah kerja
a. Pengambilan tanah dengan coper ring, dengan cara menanam coper ring pada tanah yang akan digunakan. Dalam hal ini penanaman coper ring dilakukan dengan cara di injak dengan kaki, lula disekeliling tanah di gali untuk mengambil coper ring yang telah berisi tanah.
b. Mengoven tanah selama ±48 jam, dengan suhu sampai dengan 110°C
c. Berat jenis tanah langkah kerja sebagai berikut:
1. timbang labu ukur
2. isi labu ukur dengan tanah oven yang telah dihaluskan lalu timbang berat totalnya
3. tambahkan air panas sampai batas ukur 100ml, kemudian aduk pelan
4. ukur air yang ada dalam labu ukur.
d. Berat volume dan porositas:
1. timbang coper ring + tanah sampel
2. timbang tabung/paralon
3. ukur paralon yang digunakan
e. memasukkan data
5. Pengukuran
No Keterangan Tanah Nurul (Pasuruan)
1 Berat Labu Ukur 212,6 gram
2 Berat Total 283,7 gram
3 Berat Tanah = 283,7- 212,6
= 71,1 gram
4 Volume Padatan 30 cm3
5 Berat jenis Tanah = 71,1/30
= 2,37 gr/cm3
6 Berat Paralon 44,5 gram
7 Berat tanah+paralon 107,9 gram
8 Berat tanah kering = 107,9 – 44,5
= 63,4 gram
9 Volume tanah = 3,14 x 1,152 x 9,8
= 40,7cm3
10 Berat volume = 63,4/40,7
= 1,56 gr/cm3
11 Porositas = 100 – (1,56/2,37 x100%)
= 34,2 %

II. Daya Genggam dan Permeabilitas
1. Dasar Teori
Permeabilitas suatu tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat mengalirkan air dalam profil tanah sedangkan daya genggam adalah kemampuan tanah untuk menahan hilangnya suatu zat dalam tanah tersebut.
Hubungan Tekstur Tanah dengan Daya Genggam, tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
2. Tujuan
a. Mengetahui besarnya daya genggam dan permeabilitas tanah
b. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada permeabilitas dan daya genggam.
3. Alat dan Bahan

- pipa transparan
- sampel tanah
- cawan petri + penghalus
- kapas
- kasa
- tali
- gelas ukur
- pipet
- tabung ukur

4. Langkah kerja
- menghaluskan sampel tanah yang sebelumnya telah di oven
- memasukkan tiap-tiap sampel terhadap pipa transparan setinggi 20 cm
a. Uji Kapilaritas
♦ isi gelas ukur sebanyak 100ml, masukkan pipa yang telah berisi sampel tanah kedalam gelas ukur.
♦ amati kenaikan air pada tabung per 5 menit
b. Uji Daya Genggam
♦ isi gelas ukur dengan air sebanyak 100ml, tuangkan kedalam tabung sampai air terserap.
♦ tunggu sampai air menetes, catat waktu pada tetesan pertama.
♦ tunggu pada tetesan terakhir.
5. Pengukuran
a. Kapilaritas (dari gelas ukur terserap ke atas)
jenis tanah
Waktu(menit) Organik
( cm ) Pasir
( cm ) Tanah Nurul (Pasuruan)
( cm )
5 4,9 13 3
10 6,3 13,5 5,5
15 7,3 13,8 8,5
20 8,1 14 9,5
25 8,8 14,2 10,8
30 9,7 14,4 11,2
Sisa Air 90 ml 86 ml 78 ml

b. Daya Genggam
Variabel Organik Pasir Nurul (Pasuruan)
A 10 cm 10 cm 10 cm
B 10,2cm 10cm 10,5 cm
C 1 mnt 49 dtk 16 detik 24 mnt 12 dtk
D 15mnt 15 dtk 1 mnt 59 dtk 59 mnt 2dtk
E 100ml 100ml 100ml
F 39 ml 58 ml 51 ml
G 38 ml 38 ml 9 ml
H 23 ml 4 ml 25 ml
I 18,02 cm³ 17,67 cm³ 32,97 cm³
J 1,28 ml/cm³ 0,23 ml/cm³ 0,76 ml/cm³

Keterangan:

A. tinggi semula
B. tinggi setelah diberi air
C. waktu pertama kali menetes
D. tetesan terakhir
E. air semula
F. sisa air dalam tabung
G. air yang menetes
H. daya genggam (manual)
I. Volume bahan(π.r2.t)
J. Daya Genggam
H/I


C. PEMBAHASAN
I. Kondisi Tanah
Sifat tanah Tanah Nurul (Pasuruan)
Warna Coklat terang
Tekstur Berpasir dengan sedikit liat
Struktur Remah
Konsistensi Agak keras
Kedalaman 10 cm
Pemupukan -
Cara Pengambilan Dipukul menggunakan palu lalu digali pinggirnya dan diambil paralonnya
Keadaan Geografis Dataran rendah, vegetasi pohon-pohon Mangga, pepaya dan rerumputan, suhu panas, iklim tropis

II. Berat jenis Tanah, Berat Volume dan Porositas
a. Berat Jenis
Dalam praktikum yang dilakukan, berat jenis yang didapatkan adalah 2,37 g/cm3 yang mana termasuk tanah mineral yang masih memiliki kandungan bahan organik. Ada tidaknya bahan organik bisa dilihat dari warna tanah yang mana tanah dari Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan memiliki warna yang cenderung lebih coklat kehitam-hitaman. Warna coklat tersebut disebabkan sering terjadi pelarutan pada saat terjadi hujan.
b. Berat Volume
Dari penelitian ini, didapatkan data berat volume dari tanah Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan sebanyak 1,56 gr/cm3, yang mana termasuk dalam kategori jenis tanah berpasir ( pada teori berat volume tanah berpasir memiliki berat volume mencapai 1,6 g/cm3). Berat volume tersebut disebabkan karena pada tanah ini memiliki struktur agak remah dengan ruang pori yang lebih besar. Selain itu juga kandungan bahan organik dari tanah juga mempengaruhi berat volume tanah.
Hal ini dibuktikan dengan tingginya berat volume tanah Pasuruan, karena pada tanah Pasuruan sedikit mengandung bahan organik. Namun pada kenyataannya, tanah yang sejenis dengan itu masih dapat digunakan untuk ditanami tanaman yang membutuhkan banyak kandungan organic, karena pada tanah sampel tempat pengambilannya merupakan tanah urukan bekas daerah pembangunan sehingga sedikit banyak terdapat pencampuran tanah dengan pasir.
c. Porositas
Porositas suatu tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, sehingga tanah yang bertekstur kasar akan memiliki porositas lebih kecil daripada tanah yang bertesktur halus.
Hal ini dibuktikan pada pratikum, tanah Pasuruan yang mengandung pasir dengan sedikit liat tersebut memiliki porositas lebih rendah.
III. Daya genggam dan Kapilaritas
a. Daya Genggam
Daya genggam sutau tanah ditentukan oleh tekstur dan porositas. Porositas yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, mempengaruhi besarnya daya genggam dari tanah tersebut.
- Jika terjadi dominasi fraksi pasir maka akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori makro, sehingga luas permukaan yang disentuh bahan menjadi sempit. Oleh karena itu daya genggam terhadap air menjadi sangat lemah.
- Jika dominasi fraksi liat maka terbentuk banyak pori mikro, maka luas permukaan sentuh menjadi sangat luas. Oleh karena itu daya genggam menjadi besar.
- Jika dominasi fraksi debu maka terbentuk pori meso dalam jumlah sedang, maka jumlah permukaan sentuhnya cukup luas. Oleh karena itu daya genggam cukup kuat.
Hal ini dapat kita lihat perbandingannya pada pratikum antara tanah Pasuruan, Pasir dan Bahan Organik. Daya genggam yang paling lemah dimiliki oleh pasir. Dan tanah Pasuruan memiliki daya genggam air lebih besar.
Pada percobaan ini juga terjadi penambahan tinggi dari tanah pasuruan setelah diberi air, yang mana akan mengembang jika diberi air dan mengkerut jika dipanaskan.
b. Kapilaritas
Kapilaritas adalah pergerakan air dari situs yang berkadsar tinggi ke situs yang berkadar air rendah akibat kenaikan energy retensinya (Kemas Ali Hanifah, 2007). Keberadaan air di dalam tanah dapat menjadi komponen yang penting dalam tanah yang dapat menguntungkan dan kadangpula merugikan. Tarik menarik antara air dengan liat koloidal menyebabkan beberapa lapis molekul air yang menempel dipermukaan liat koloidal ini disebut air adhesi. Kuatnya ikatan adhesi menyebabkan air tidak dapat diserap aoleh tanaman sehingga mengkristal.
Tanah yang jenuh air dapat menyebabkan terhambatnya aliran udara kedalam tanah sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar tanaman.
Opada penelitian mengenai uji kapilaritas dapat dibuktikan adanya kapilaritas /penyerapan air yang terjadi baik pada jenis tanah pasir, organiuk, maupun tanah Pasuruan. Dari ketiga tanah tersebut terjadi perubahan ketinggian air yang meresap ke dalam tanah yang berada pada pipa bening. Dalam waktu yang bersamaan, diantara ketiga jenis tanah tersebut dapat diperolreh data bahwa pada jenis tanah berpasir memiliki kecepatan kapilaritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanah organic dan tanah pasuruan.
Kecepatan kapilaritas tersebut dapat dihitung dari pertambahan ketinggian tiap menitnya, yang mana pada penelitian menggunakan jeda 5 menitan. Sehingga apabila di rata rata kecepatan kapilaritas pada tanah pasir adalah 0,14 cm/menitnya, sedangkan untuk tanah organic diperoleh data kecepatan rata-rata sebesar 0, 2 cm/menitnya, sedangkan untuk tanah Pasuruan, 0,34 cm/menitnya.
Sehingga dapat disimpulkan tanah yang memiliki kapilaritas paling tinggi adalah pasir sedangkan tanah Pasuruan sendiri tergolong agak lambat padahal dari penelitian berat volume termasuk berpasir yang sedikit liat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
1. Dimungkinkan ketelitian pada praktikum masih kurang sehingga untuk mendeteksi kinera dari tiga jenis tanah dal;a waktu yang bersammaan sangat sulit.
2. Pada tanah Pasuruan terdapat kandungan liat sehingga dapat mempengaruhi kecepatan kapilaritas tanah.
Dari uji kapilaritas tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan kecepatan diantara ketiga jenis tanah. Pada kapilaritas menunjukkan adanya kecepatan penyerapan yang begitu besar pada menit-menit awal sedangkan seteklah sekitar 20 menit keatas kecepatannya mulai berkurang. Hal tersebut membuktikan adanya kejenuhan tanah karena sebagian besar ruan pori tanah telah terisi air sehingga mengalami kejenuhan.

D KESIMPULAN
1. Berdasarkan Berat jenis Tanah tanah pasuruan memiliki berat jenis 2,37 gr/cm3, memiliki Berat Volume 1,56 gr/cm3 yang mana termasuk pasir dengan sedikit liat serta Porositas sebanyak 34,2 % yang mana tegolong kasar.
2. Berdasarkan uji Daya genggam tanah Pasuruan memiliki 0,76 ml/cm³ dengan waktu air berhenti menetes pada 24 menit 12 detik denganpenambahan ketinggian tanah sebesar 0,5 cm dari tinggi awal yaitu 10 cm serta jumlah sisa air 75 ml dari air awal 100 ml.
3. Kapilaritas tanah Pasuruan sebesar 0,34 cm/menit hal tersebut karena pengaruh jenis pasir yang bercampur dengan sedikit kandungan liat.

Mengenai Saya

Foto Saya
malang, jawa timur
Lihat profil lengkapku